Melawan Mitos AI Menggusur Seniman
Dalam dunia kreatif Indonesia isu tentang AI menggusur desainer grafis dan seniman semakin marak dibicarakan. Banyak yang ketakutan, banyak juga yang terlena. Sebagai brand consultant dan brand specialist di vandalish.id, saya, merasa perlu meluruskan satu hal penting: AI adalah alat, bukan pencipta karya.
Mari buka mata: AI hanyalah sebuah tools. Sebagus apapun hasil yang dibuat AI, itu tetap hasil algoritma, bukan jiwa. Kreativitas sejati lahir dari pengalaman hidup, intuisi, budaya, dan emosi manusia—hal yang mustahil ditiru AI sepenuhnya. Seorang graphic designer atau art director dari Indonesia yang paham konteks lokal jauh lebih relevan daripada program komputer tanpa rasa.
Vandalish sendiri percaya bahwa teknologi, termasuk AI, seharusnya dipakai untuk mempercepat proses, memperluas ide, dan mendorong inovasi—bukan menggantikan tangan manusia yang punya sentuhan personal. Dalam industri kreatif, terutama dalam bidang brand consultant dan brand specialist, hubungan emosional dan pemahaman mendalam terhadap brand tidak akan pernah bisa digantikan oleh AI.
Bagi yang terlalu mendewakan AI dalam dunia desain dan seni, mari sadar diri. Mengandalkan AI sepenuhnya sama saja seperti membanggakan lukisan yang dibuat oleh mesin cetak. Tanpa arahan manusia, tanpa rasa manusia, apa artinya sebuah karya? Anda tidak sedang menciptakan;
Anda hanya menekan tombol.
Menjadi graphic designer, art director, atau brand specialist sejati, terutama di daerah berkembang, berarti mampu menggunakan teknologi sebagai partner, bukan menjadi budaknya. Vandalish.id memegang prinsip: kreator sejati tetap berdiri di atas teknologi, bukan bersembunyi di belakangnya.
Apapun opini pasar, kenyataannya adalah: perusahaan besar masih butuh manusia untuk membangun identitas brand, menulis narasi, dan menyusun strategi branding. AI bisa membantu? Jelas. Tapi menggantikan? Lupakan.
Ingat, klien tidak mencari "hasil cepat" tanpa rasa. Mereka mencari brand consultant dan brand specialist yang bisa memahami bisnis mereka, menghidupkan visi mereka, dan membangun hubungan emosional dengan audiens mereka—sesuatu yang tidak bisa diberikan AI.
Vandalish bersama para profesional kreatif di Indonesia tetap percaya: teknologi adalah alat, bukan dewa. Di tangan yang benar, AI adalah pelengkap, bukan pengganti.
Jadi, buat kamu yang takut digusur, atau malah terlalu memuja AI: bangunlah! Kembangkan skill, pahami esensi seni, dan jadilah kreator sejati di era modern ini.
www.vandalish.id
all right reserved 2025